Berbeda dan Bersaing di Pilkada, Semua Harus Tetap Jaga Ukhuwah

Berbeda dan Bersaing di Pilkada, Semua Harus Tetap Jaga Ukhuwah

 

Catatan: Ade Rahman

Pemilihan Bupati (Pilbup) Cirebon 2018 makin dekat, suhu politik di Kabupaten Cirebon pun berangsur terus memanas. Bakal calon (balon) bupati mulai menampakkan diri ke permukaan. Setiap membuka media sosial atau media cetak, setiap hari disuguhi foto balon bupati dan beragam bentuk ungkapan dukungan atau kritik.

Warna pemilihan kepala daerah (pilkada) makin kental di media massa dan media sosial, sebab tahun 2018 nanti adalah pesta demokrasi secara serentak. Selain Pilbup Cirebon, di waktu yang sama sejumlah daerah jiran juga menggelar pilkada, baik bupati, maupun walikota. Termasuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.

Sejumlah tokoh yang berhasrat maju telah mempersiapkan diri. Mereka menyatakan kesiapannya untuk menjadi nahkoda baru pemerintahan di Kabupaten Cirebon untuk masa lima tahun. Beberapa nama yang terus mengatrol popularitas di tengah masyarakat, berlomba-lomba menarik perhatian khalayak pemilik hak suara.

Selai memajang foto, para bakal calon melalui media social dan media massa juga mulai menyampaikan gagasan-gagasan untuk membangun Kabupaten Cirebon. Katanya, kalau ini begini, kalau itu begitu. Bahkan, janji politik sebagai jembatan menggapai impian, mengalir tanpa beban dari mulut mereka.

Harapan kami para pendidik, pemimpin wajib memiliki sifat amanah, tablig, fatonah, dan sidiq. Semua orang berhak mencalonkan diri sebagai seorang pemimpin. Maka wajar-wajar saja bila semua berlomba memperebutkan kursi nomor satu di Kabupaten Cirebon (E1).

Untuk balon bupati, yang insya Allah nantinya akan terpilih sebagai bupati Cirebon tahun 2018, selaku pendidik besar harapan kami agar pemerintah, dalm hal ini bupatinya, dapat mewujudkan impian masyarakat terpencil untuk menikmati pendidikan yang layak. Wajib belajar 12 tahun misalnya, menjadi tugas pemerintah, sehingga pendidikan di tingkat SLTA, termasuk SMK janganlah mahal.

Kami para pendidik juga sangat-sangat merindukan peranan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagai bentuk kepedulian terhadap generasi masa depan Kabupaten Cirebon. Kenapa pendidikan yang harus diutamakan? Alasannya, jika pendidikan dalam sebuah daerah itu bagus, maka generasi yang dihasilkan pun akan baik, dan otomatis daerah itu akan maju. Pasalnya, pendidikan adalah faktor utama majunya sebuah daerah dalam skala kecil dan majunya sebuah negara dalam skala besar.

Pemkab Cirebon juga harus memperhatikan kalangan pendidik (guru) honor yang selama ini nilainya kecil. Mereka bermodal ikhlas dan ridho. Meskipun demikian, pemerintah harus bekerja keras bahwa mereka tidak bisa makan ikhlas atau ridho saja, tapi harus ditunjang sisi dunianya. Karena itu, para pendidik ini harus diberikan tunjangan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon.

LAPANGAN KERJA

Tentang angka kemiskinan, di Kabupaten Cirebon tergolong rendah. Yang menjadi permasalahan adalah banyaknya warga tamatan SMK atau PT yang mencari kerja ke luar daerah seperti Cikarang, Bekasi, Karawang, Bandung, Jakarta atau bahkan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Mayoritas mereka dari daerah-daerah terpencil dari setiap kecamatan di Kabupaten Cirebon.

Kebanyakan memilih menjadi TKI atau kerja di luar daerah Cirebon, karena kurangnya lapangan pekerjaan yang di sediakan pemerintah. Kami harap semoga balon bupati berpikir keras agar masyarakat Kabupaten Cirebon dapat bekerja di daerahnya sendiri. Apalagi Cirebon ke depan akan menjadi kota metropolitan seperti Jakarta.

JAGA UKHUWAH

Para balon bupati Cirebon yang akan berkompetisi selama tahapan pilkada berlangsung, diharapkan bisa menjaga kesantunan dalam mempromosikan diri untuk berebut simpati masyarakat, tidak boleh saling menjatuhkan satu sama lain. Meskipun cara pandangnya berbeda, tetapi tujuan yang ingin dicapai adalah sama, kesejahteraan dan perubahan Kabupaten Cirebon yang semakin baik.

Berkompetisilah secara sehat, silahkan adu “kelebihan” masing-masing, tapi janganlah menyemai “kebencian” satu sama lain. Antar kiai, habib, tokoh masyarakat, dan para pengurus partai politik harus akur. Kita jaga agar ukhuwah sesama warga tetap terjaga, tidak terjadi perpecahan, serta senantiasa aman dan rukun, meskipun aspirasinya berbeda-beda. (*)

Penulis Adalah Kepala SMK Al Banna Dukupuntang, Kabupaten Cirebon

Related posts