kuping kiri

Cerdaslah Merespons Takdir: Berhentilah Meratapi Keterpurukan

Cerdaslah Merespons Takdir: Berhentilah Meratapi Keterpurukan

Oleh: KH Lukman Hakim MA (Ketua STID Albiruni Cirebon)

BANYAK di antara kita yang mengalami keterpurukan. Banyak pula yang mengalami keterpurukan, terkadang kebingungan. Kadang kita juga sering terus menerus menyesali dan meratapinya.

Bagi yang mengalami keterpurukan, pendapat Syekh Imam Ibnu Athoillah Assakandari, penysuun Kitab Hikam dalam maqolah-nya sepertinya bisa menjadi pelecut. Beliau mengatakan; Melekat kebodohan seseorang apabila ia terus menerus me-review, memikirkan keterpurukan di masa lalunya.

Jika seseorang naik motor, tetapi masih menoleh ke belakang, maka ia abai pada apa yang ada di depannya. Kita bisa bayangkan apa yang terjadi. Karena itu, pengengdara yang hebat adalah yang pandanganya mengarah ke depan, bukan melihat ke belakang.

Dengan kata lain, bila seseorang mengalami kebingungan, keterpurukan, dan kebangkrutan tapi terus menyesali, memikirkan terus menerus, justru seseorang tersebut akan abai terhadap peluang kesempatan yang ada di depannya.

Pertanyaannya, kenapa obat itu pahit? Jawabannya, karena dengan yang pahit itu kita bisa lebih sehat. Justru pahit itulah yang akan menyehatkan. Sebaliknya, terkadang yang manis justru tidak menyehatkan. Alhasil, kepahitan justru lebih baik agar hidup kita lebih baik lagi.

Hidup itu, baik buruknya sudah ada dalam skenario Tuhan, Allah SWT. Tinggal bagaimana kita meresponya. Orang itu kuat atau tidak, Allah tahu semuanya. Maka dari itu, ada beberapa cara untuk meresponnya.

Pertama, kita harus berpikir positif. Jika kita mengalami kebangkrutan, itu sejatinya dalam angkanya saja. Justru, dengan kebangkrutan itulah pengalaman kita menjadi bertambah, ilmu juga bertambah, jam terbang lebh jauh tentunya, dan relasi akan bertambah banyak.

Kedua, dengan cara “gendong”. Orang yang sedang dalam kondisi terpuruk, maka harus bisa melu gendong atau bersinergi dengan orang lain, lembaga lagi yang sedang jaya, pihak lain yang sedang hebat, orang lain yang kuat, dan lain sebagainya.

Ketiga, pandailah memotivasi diri. Memahami masalah yang dihadapi dan menasihati diri sendiri untuk keluar dari masalah itu. Ini penting, karena yang tahu kita adalah diiri kita sendiri.

Dus, jika ada bau yang tidak sedap dalam ruangan, jangan diam berkutat dalam ruangan itu saja. Pindahlah menyingkir dari ruangan yang tidak sedap itu. Orang yang susah bangkit, karena dia terus selalu berkutat pada persolan itu-itu saja.

Maka, cerdaslah respons takdir yang telah terjadi dengan terus fokus ke depan. Karena, di depanlah peluang dan kesempatan lebih banyak. Lebih berpontensi untuk kembali mencapai kejayaan. (*)

Related posts