Pemkab Disarankan Bangun Sentra Kuliner di Jamblang untuk Memindahkan Empal Gentong Tengahtani

Pemkab Disarankan Bangun Sentra Kuliner di Jamblang untuk Memindahkan Empal Gentong Tengahtani

JAMBLANG (Ci+) –Kemacetan lalu lintas hampir setiap hari terjadi di kawasan sentra kuliner Tengahtani, Kabupaten Cirebon. Pemerhati sosial Cirebon, Muzayyin Haris mengusulkan agar Pemerintah Kabupaten Cirebon memindahkan para pedagang aneka kuliner, terutama empal gentong ke kawasan Jamblang.

Menurut Muzayyin, kawasan Plered-Kedawung sudah sesak. Jika tak segera digeser, diyakini akan menimbulkan kemacetan yang lebih parah. Dan kawasan yang tepat untuk menampung adalah Jamblang.

“Di sana bisa dibikin sentra kuliner Cirebon. Sudah banyak berdiri warung-warung nasi jamblang. Kalau disatukan akan menjadi sentra kuliner yang luar biasa dan bisa menjadi daerah ikonik baru di Kabupaten Cirebon,” ujar mantan aktivis mahasiswa Cirebon itu kepada cirebonplus.com, Senin (23/1).

Untuk mewujudkannya, butuh tangan pemerintah, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon. Seperti halnya Pasar Batik Trusmi, pemerintah juga diyakini mampu membuat sentra kuliner di Jamblang.

Sebelumnya, pemerhati ekonomi Cirebon, Ahmad Aflaha SE menyarankan agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon dan pengusaha bisa membangkitkan lagi kawasan yang dulu menjadi zona strategis perekonomian. Utamanya di kawasan barat dan paling utama lagi di tiga wilayah yakni Jamblang, Klangenan dan Plumbon.

Menurutnya, untuk kawasan jalur utama Jamblang-Klangenan, dulu menjadi daerah yang cukup ramai. Denyut ekonominya cukup bagus dan jadi kawasan yang hidup.

“Lihat saja di sepanjang jalur itu, banyak bangunan toko yang tak lagi buka. Dari bangunan bekasnya saja terlihat di benak yang melihat, kalau di situ dulunya ramai. Kini, tak ada tanda-tanda kebangkitan aktivitas ekonomi yang menggembirakan,” kata pria asal Gunungjati itu.

Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pascasarjana Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang, Jawa Tengah itu mengatakan, kondisi yang sama juga terjadi kawasan Plumbon. Dulu, wilayah Plumbon cukup dinamis karena menjadi daerah utama pengekspor kerajinan rotan.

Saat itu, sambungnya, pabrik rotan di mana-mana. Hampir setiap rumah ikut jadi pengesub, baik anyaman maupun kerangka. Ratusan ribu tenaga kerja pun terserap dari produksi kerajinan rotan. Tidak hanya warga Plumbon, tapi juga dari berbagai daerah.

Namun, sekitar tahun 2004/2005 kondisinya perlahan mulai turun. Beberapa pabrik satu per satu gulung tikar. Warga Plumbon tak bisa lagi membuka home industry rotan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terelakkan.

“Penyebab utamanya adalah dibukanya kran ekspor bahan baku rotan melalui peraturan pemerintah. China menjadi negara pengimpor bahan baku. Akibatnya, di pasar internasional produk Cirebon bersaing dengan China yang lebih murah,” ungkap dia seraya mengatakan, saat ini usaha rotan mulai tumbuh lagi, meskipun tidak sepesat dulu.

Dikatakan, membangkitan zona ekonomi strategis tersebut sangatlah penting. Tidak hanya untuk kemajuan tiga daerah itu, tetapi lebih luas akan memberikan multiplayer effect bagi daerah lain di sekitarnya.

Saat ini momentumnya sangat tepat. Kabupaten Cirebon sebagai daerah hinterland Kota Cirebon harus bersiap diri untuk menampung pergeseran aktivitas ekonomi. Pasalnya, Kota Cirebon sudah penuh.

“Dan yang paling strategis adalah wilayah barat kota antara lain Jalan Tuparev atau Kedawung, Plered, dan seterusnya. Selain karena berada di jalur utama pantura, juga kesiapan masyarakatnya. Dua wilayah itu sudah mendapatkan efek pergeseran. Kini saatnya Plumbon, Jamblang, dan Klangenan,” kata dia menjelaskan.

Kebangkitan tiga daerah itu tidak bisa secara alamiah. Dibutuhkan kesaiapan sumber daya masyarakat dan political will pemerintah. Tanpa itu susah untuk berakselerasi.

Pemberintah daerah, lanjutnya, harus membuat stimulus baik kebijakan memudahkan izin usaha, membantu menciptakan ruang usaha, maupun “merekayasa” keramaian. Jika itu dilakukan, diyakini akan menjadi magnet untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Jika ketiga daerah itu sudah bangkit, Aflaha yakin akan memberikan dampak positif bagi daerah sekitarnya seperti Sumber, Depok, Palimanan, Gempol, Arjawinangun, Ciwaringin, dan lainnya. Terlebih, daerah tersebut ditopang oleh keberadaan dua pintu tol yakni Plumbon dan Palimanan. (*)

Laporan: Mahrus Ali

Related posts