Sebagai kota bersejarah, Cirebon punya banyak pilihan destinasi wisata berupa bangunan warisan kejayaan masa silam. Salahsatu yang masyhur dan banyak dkunjungi hingga saat ini adalah Taman Sari Goa Sunyaragi. Bagaimana kondisinya kini?
Feature by Aulia Nurussyifa, cirebonplus.com
_____________________________________
GOA Sunyaragi menjadi tempat wisata Kota Cirebon yang cukup dikenal, selain beberapa keraton peninggalan Kerajaan Islam Cirebon. Berada persis di samping jalur nasional, Jalan Brigjen Darsono By Pass Cirebon, bangunan yang dahulu merupakan sarana meditasi serta refreshing para Sultan Cirebon dan keluarganya itu banyak dikunjungi wisatawan.
Arsitektur goa yang terbuat dari batu koral, terlihat lebih unik dan memiliki nilai estetika tinggi. Sebagian besar permukaan tembok bangunannya dipenuhi oleh batu-batu berbentuk unik yang membuat bangunan ini terlihat berbeda dari tempat lainnya.
Dari tahun ke tahun Goa Sunyaragi terus mempercantik diri. Banyak ornamen-ornamen atau tambahan-tambahan elemen yang menjadikan tempat ini makin menarik.
Pengunjung merespons positif perubahan tempat wisat. Mereka melihat Goa Sunyaragi semakin hari makin bagus dan membuat masyarakat tidak bosan untuk kembali lagi.
Hal itu dirasakan benar oleh Edi Junardi, salahsatu pengunjung dari Cirebon. Ia mengisahkan, dulu Goa Sunyaragi agak kotor dan di banyak tempat aromanya kurang sedap.
“Dahulu pesing di mana-mana. Sekarang sudah jauh berbeda dan lebih baik. Tempat ini makin bagus,” kata Edi kepada cirebonplus.com di sela kunjungannya bersama anggota keluarga, Sabtu (23/12).
Menurutnya, keindahan Goa Sunyaragi cukup memanjakan mata para pengunjung. Terutama dengan adanya taman bunga dan arsitektur bangunan yang unik, ditambah banyak ornamen yang melengkapi.
Ia pun merasa puas, dan bukan tak mungkin akan kembali lagi bila ada waktu senggang. Meskipun demikian, ia memberikan masukan beberapa hal guna melengkapi keindahan Goa Sunyaragi.
“Ya sekadar saran dan masukan. Masih kurang puas karena dilihat dari fasilitasnya masih belum lengkap. Misalnya kurangnya toilet yang jumlahnya hanya 2 ruang,” kata dia sambil menunjuk ke arah toilet.
Pohon-pohon juga diharapkan bisa diperbanyak. Tujuannya untuk menyediakan tempat berteduh dari teriknya matahari.
Pun demikian dengan jalan di area goa yang dinilainya relatif untuk berjalan kaki. Sehingga, banyak pengunjung, terutama anak-anak yang menginjak genangan air di tanah.
“Mungkin juga dibutuhkan pewarnaan yang lebih menonjol, sehingga muda dikenal pengunjung dan jadi ikon bagi Goa Sunyaragi,” lanjut dia.
Untuk tarif masuk Rp10.000/orang dan biaya parkir Rp3.000, dinilai cukup murah. Hal itu sebanding dengan kepuasan menikmati keindahan Goa Sunyaragi.
Pantauan cirebonplus.com, para pengunjung Goa Sunyaragi yang datang kebanyakan berfoto selfie. Mereka menjelajahi setiap lorong-lorong sempit di dalam Goa. Ada juga yang duduk-duduk bersantai ria di bawah pohon rindang, menikmati keunikan bangunan yang sudah ada lebih dari tiga abad lalu.
Pagi dan sore menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini. Sebagian besar area Goa Sunyaragi merupakan tempat terbuka, sehingga bila siang hari panasnya matahari akan terasa menyengat.
Bagi pengunjung yang ingin datang di siang hari, bisa saja. Namun disarankan untuk memakai pelindung kepala seperti topi, agar tetap nyaman dan terlindungi dari teriknya matahari.
Bagi wisatawan asing maupun lokal yang membutuhkan pemandu, pihak manajemen telah menyediakan. Pengunjung lebih dari 5 orang bisa menggunakan pemandu wisata yang nantinya akan menjelaskan sejarah dan cerita-cerita unik di Goa Sunyaragi. (*)