Home NgopiToday Lestarilah Tata Sungging Wayang Kulit Gegesik!

Lestarilah Tata Sungging Wayang Kulit Gegesik!

by Redaktur Cirebon Plus
0 comment

KABUPATEN Cirebon merupakan kabupaten dengan segudang kesenian yang merupakan budaya khas lokal. Terdapat ragam kesenian lokal, terutama yang secara turun-temurun yang diwariskan dari para leluhur Cirebon tempo dulu.

Salahsatu kesenian yang berada di Kabupaten Cirebon adalah Wayang Kulit. Untuk diketahui, di Cirebon sendiri hanya terdapat dua basis perajin wayang kulit yang diakui Dinas Pariwisata yakni Kecamatan Dukupuntang dan Gegesik.

Terdapat lima titik di Kecamatan Gegesik yang menyimpan kearifan budaya lokal Wayang Kulit, salahsatunya yang ada di Desa Gegesik Kulon. Di desa ini terdapat perajin Wayang Kulit yang membawa nama besar Tata Sungging.

Keberadaan perajin Wayang Kulit menjadi daya Tarik sendiri di desa ini. Tak sedikit masyarakat dari berbagai daerah tertarik untuk berkunjung ke tempat perajin Tata Sungging. Pun demikian dengan para mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah (KKN-DR) di Desa Gegesik Kulon.

Karena dianggap sudah langka, mahasiswa tertarik untuk menggali banyak informasi mulai dari proses pembuatan hingga pemasarannya. Wawancara santai pun dilakukan mahasiswa dengan perajin wayang di desa tersebut.

Pengrajin Wayang Kulit Tata Sungging itu bernama Bapak Sawiyah. Lelaki kurus itu mulai menekuni kerajinan Wayang Kulit sejak tahun 1965.

Untuk menjadi perajin Wayang Kulit, Sawiyah tidak mendidikan formal yang khusus berkesenian kriya perwayangan. Ia belajar membuat kerajinan Wayang Kulit secara otodidak, berawal dari hobi dan kecintaannya terhadap Wayang Kulit.

Proses pembuatan wayang kulit dilakukan secara manual. Tidak menggunakan pencetak. Prosesnya, Sawiyah mengawalinya dengan penjemuran kulit kerbau yang ia beli, selama 1 bulan. Tidak asal-asalan, kulit yang digunakan untuk membuat wayang adalah kerbau betina tua.

Apa bedanya? Menurut Sawiyah, kulit kerbau betina yang sudah tua, lebih kuat dibanding yang masih muda. Ternyata tidak semua perajin menggunakan bahan baku yang sama. Kekhasan tersendiri, terutama untuk kerajinan Wayang Kulit Gegesik. Berbeda dengan di Jawa Tengah misalnya, bahan baku yang digunakan adalah kulit kerbau jantan, dan yang masi muda.

Setelah penjemuran dilakukan selama sebulan, proses berikutnya adalah pemotongan kulit. Tahap ini juga dilakukan secara manual, menggunakan alat pemotong khusus. Barulah masuk fase membentuk kulit menjadi wayang sesuai karakter tokohnya.

Keunikan lain tampak saat Sawiyah membentuk karakter. Kulit tersebut dipahat menggunakan alat tata. Bukan alat tata sembarangan, seperti yang biasa digunakan untuk memahat kayu. Ia menyebutnya alat tata khusus wayang kulit. Berdasarkan bentuknya, tata kayu lebih besar dan tipis, tetapi kalau untuk Wayang Kulit bentuknya bulat.

Wayang Kulit yang dibuat Sawiyah punya ciri khas yang membedakannya dengan hasil perajin lainnya. Ia membuat ciri khusus berupa dua titik di bagian bawah. Ia ingin, dengan ciri khas tersebut dapat menjadi branding tersendiri.

Bagaimana untuk pemasaran atau penjualan? Berdasarkan penjelasan Sawiyah, konsumen kerajinan Wayang Kulit Tata Sungging kebanyakan pemesanan dari dalang atau komunitas untuk keperkuan pertunjukan. Selain itu, juga banyak dari kalangan para kolektor yang ingin melengkapi display koleksi Wayang Kulitnya.

Sebagai perajin Wayang Kulit, bukan tidak ada keluhan. Yang ia sayangkan adalah tidak adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap para perajin Wayang Kulit. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang besar terhadap karya seni Wayang Kulit dan perajinnya, sehingga tetap lestari, tidak hilang digerus zaman.

Tak hanya itu, Sawiyah ingin kesenian wayang kulit di Cirebon tetap murni. Dalam artian tidak tercampur dengan kesenian Wayang Kulit dari daerah lain, termasuk dari Jawa Tengah. Karena, kesenian Wayang Kulit yang asli menurut budaya Cirebon itu relatif unik. Namun, rentan sekali terkontaminasi oleh gaya kesenian Wayang Kulit dari beberapa daerah di Jawa Tengah.

Dari sekian kendala yang dihadapi Sawiyah, hal yang membuatnya bingung adalah soal generasi penerus untuk mempertahankan kelangsungan kerajinan Wayang Kulit miliknya. Sejauh ini, minim sekali ketertarikan kaum muda zaman sekarang. Mereka tidak memiliki ketertarikan terhadap kesenian Wayang Kulit, sehingga belum ada yang sungguh-sungguh untuk belajar membuat Wayang Kulit dan meneruskan Tata Sungging Wayang Kulit miliknya.

Kami berharap dengan tulisan ini Tata Sungging Wayang Kulit di Desa Gegesik Kulon dapat lebih dikenal masyarakat dan mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Sehingga kesenian Wayang Kulit dan kemampuan memproduksinya tetap ada, lestari hingga generasi mendatang. (*)

Disusun oleh Tim KKN-DR IAIN  Syekh Nurjati Cirebon di Desa Gegesik Kulon, Cirebon

Related Articles