kuping kiri

Pegiat 212 Ikut Jamiyah Waqiah Permata Hati, Kiai Badrudin: Perbedaan Itu Rahmat

Pegiat 212 Ikut Jamiyah Waqiah Permata Hati, Kiai Badrudin: Perbedaan Itu Rahmat

Cirebonplus.com (C+) – Ada yang berbeda di majelis Jamiyah Waqiah Permata Hati (WPH) pada pekan terakhir sebelum Lebaran, Sabtu malam (9/6). Bertempat di kediaman tokoh Cirebon, H Tarmadi, WPH kedatangan tamu pegiat 212, kelompok yang beberapa kali menggelar sejumlah aksi akbar di Jakarta.

Namanya Ustad Ya’qub Bukhori, teman lama sesepuh WPH, KH Badrudin Hambali dan KH Solihin Busyaeri. Usai tawasul, pembacaan Surat Waqiah secara berjamaah, dan ditutup doa oleh KH Lukman Hakim, Ustad Ya’qub diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri dan sharing tentang berbagai hal.

Di hadapan para jamaah, Ya’qub mengaku asli dari Cirebon, tetapi domisili sering berpindah tempat dan lebih sering di Jakarta. Ia juga mengakui beberapa kali ikut aksi massa di Jakarta yang dikenal dengan kelompok 212.

“Hanya ikut-ikut saja. Ikut karena ada yang ngajak. Kalau tidak diajak, saya gak bisa menyiapkan sendiri buat ongkos, makan-minum, dan lain-lain,” kata Ya’qub disambut senyum hangat anggota Jam’iyah WPH.

Yang pasti, ia mengaku termasuk orang yang suka kumpul-kumpul, termasuk bersama dengan jamaah WPH. Baginya, kumpul-kumpul merupakan kegiatan yang banyak manfaatnya, selain bisa bersilaturahmi.

“Saya senang tajammuk (berkumpul) seperti ini. Sebab, tajammuk itu menyenangkan dan mengenyangkan, seperti malam ini kan semua senang dan bisa makan-makan,” ujarnya disambut tawa jamaah.

Sementara itu, Kiai Badrudin, sapaan akrab KH Badrudin Hambali, yang memandu obrolan malam itu mengatakan, WPH merupakan jam’iyah yang isinya aneka ragam. Perbedaan di WPH adalah hal biasa dan tidak akan mempersoalkannya.

“Perbedaan kalau bisa diterima dan saling menghormati, tentu akan menghasilkan rahmat. Jadi meskipun aktivis 212 tidak masalah, asal jangan bawa-bawa isi aksinya di sini. Karena forum ini murni mengisi spiritual jamaahnya,” paparnya.

Dengan keterbukaan inilah, sambung Kiai Badrudin, WPH diikuti oleh orang-orang dengan latar belakang beragam, mulai dari pejabat, pengusaha, dosen, politisi, guru, hingga tukang becak. “Semuanya membaur. Inilah wajah WPH yang membuatnya bertahan lama,” tutur pembina Pondok Pesantren Assalafiyah Bode, Plumbon, Kabupaten Cirebon ini. (*)

Laporan: Anshori

Related posts